Baserak gulo (tabur gula) adalah
tradisi tahunan yang digelar warga muslim India Padang, Sumbar setiap tanggal 1
Jumadil Akhir tahun Hijriah. Konon, tradisis turun-temurun ini hanya
diperingati tiga tempat di dunia. Masing-masing, Singapura, Padang dan
Nagapatiman di India sebagai tempat asalnya.
Pukul 15.30 WIB, Jumat, 16 Februari 2018, puluhan warga berkumpul di depan Masjid Muhammadan yang berada
di kawasan jalan Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan, kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Berangsur-angsur lokasi jalan yang hanya berukuran sekitar 3
meter kian disesaki pengunjung. Tidak saja warga yang berperawakan India, namun
seluruh warga Padang dengan ragam suku tampak membanjiri lokasi tersebut.
Selepas ibadah ashar, kerumunan massa kian menggila. Mereka
datang dari dua pintu masuk. Jumlah tak terbilang, jika diperkirakan
hampir mencapai ribuan orang. Halaman depan Masjid Muhammadan yang di apit
bangunan-bangunan tua itupun penuh sesak. Untuk berjalan pun kian susah.
Kondisi terik kota Padang yang
panasnya mencapai 35 derajat celsius tak membuat mereka gentar. Ratusan itu
tetap saja berdesak-desakan menanti puncak tabur gula pasir yang sebentar lagi
akan di mulai. Melihat suasana badan yang kian berpeluh,
petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke udara hingga membasahi hampir
seluruh pengunjung yang tak sabar menanti gula pasir gratis. Hiruk-pikuk
dan tepukan tangan mengiring semprotan air.
Petugas yang telah dipersiapkan
himpunan keluarga Muhammadan Padang sudah bersiap-siap untuk segera membawa
gula-gula pasir yang dibungkus dengan kain perca beragam warna. Isinya pun
bermacam-macam, ada yang hanya segenggam pria dewasa ada juga yang ukuran
berisi sekitar 500 gram.
Lalu, sebelum
gula-gula berbungkus kain warna-warni itu dibagikan dengan cara melemparkan
dari atas masjid dan dua panggung yang disediakan di sisi kiri dan kanan
masjid, terlebih dulu dilakukan pemasangan bendera di sisi kiri dan kanan
masjid.
Selain itu, panitia serak gulo juga
membagikan air asam pada warga yang menghadiri tradisi tersebut. Setelah itu,
dilakukan shalawat dan doa bersama. Lalu, sekitar 20 orang yang berdiri di atas
atap masjid dan panggung tersebut mulai melemparkan gula tersebut pada ratusan
yang sudah hampir dua jam menanti.
Tak sampai 20 menit, prosesi tabur
gula pasir itupun berakhir. Ada yang kesal, ada yang tertawa. Sebagian lagi ada
yang mengaku kesakitan tertimpa lemparan gula. "Jidad saya kena lemparan
gula. Perih juga. Tapi, kan dapat gula dan bisa di bawa pulang," kata
Syamsi, 43, yang mengaku tinggal di kawasan Simpang Haru, kota Padang.
Ada juga Rianti, 16, yang mengaku
mendapat sebanyak 8 bungkusan gula. Namun, gula tersebut dikumpulkan bersama
orangtuanya. "Mama dapat tiga, saya lima. Tahun lalu, kami juga ikut.
Mudah-mudahan tahun depan dapat lebih banyak," katanya sembari berlalu.
Setelah membawa hasil tangkapan
gulanya masing-masing, perlahan lokasi tersebut ditinggalkan warga. Ada yang
menggotong gulanya dengan kantong plastik, ada pula dengan karung karena saking
banyak mendapatkan gula.
![]() |
Warga tengah meminum air asam yang disediakan himpunan keluarga Muhammadan |
Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan
Padang, Ali Khan Abu Bakar mengatakan, tradisi serak gulo adalah simbol rasa
syukur umat muslim keturunan India atas rezeki yang telah diterimanya sepanjang
tahun. Selain itu, juga untuk memperingati wafatnya Souhul Hamid, seorang
penyebar agama Islam.
"Gula itu manis dan kita harus
berbagi kemanisan pada sesama. Tradisi ini sudah menjadi kebudayaan kami yang
telah ratusan tahun diperingati," katanya.
Tahun lalu terang Ali Khan, pihaknya
membagikan sekitar 4 ton gula pasir. Namun, tahun ini jumlah meningkat.
Diperkirakan antara 6 hingga 7 ton.
"Gula itu dikumpulkan dari
berbagai daerah. Seperti Jambi, Bengkulu, Medan, Riau hingga pulau Jawa. Gula
ini sukarela muslim India yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,"
katanya.
Salah seorang akademisi Unand,
Iskandar mengaku, pernah mengangkat tradisi Baserak gulo ini dalam
penelitiannya. Menurutnya, tradisi tersebut sudah berjalan sekitar 200 tahun
lalu. Atau saat etnis India mulai masuk ke Pesisir Barat Sumatera, tepatnya di
kota Padang. Namun, tradisi ini hanya diperingati di tiga tempat di dunia,
yakni Padang, warga India Singapura dan di Nagapattinam, India itu sendiri.
"Tradisi ini sudah melalui
proses akulturasi budaya panjang bersama budaya setempat. Dengan kata lain,
berada di Padang, mereka tetap tidak meninggalkan nilai-nilai yang dibawa
langsung dari India," katanya.
Di India sendiri kata Iskandar,
tradisi ini sudah berlangsung sebanyak 491 kali. "India juga dikenal
dengan kuliner manisnya. Gula ini sebagai mediasi ungkapan rasa syukur pada
Pencipta. Mereka bernazar, dan dengan nazar tersebut mereka bawa gula ke
masjid," jelas Iskandar.
Catatan: Tulisan ini pernah dimaut di Jawapos.com tahun 2018
0 Komentar
Silahkan komentari dengan santun..